PENALARAN
I.
Pengertian Penalaran
Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Karena tidak
semua cara berpikir manusia itu sama oleh sebab itu kegiatan proses berpikir
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Penalaran
merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai criteria kebenaran masing – masing. Sehingga pada tugas ini saya akan
membahas tentang penalaran.
Penalaran
dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau proses berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dalam
pengertian lain bahwasannya penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Agar pengetahuan yang dihasilkan
melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu
harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan
dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan
menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut
sebagai logika.
Logika
dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara
valid. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah
dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya
secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran juga
merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan
simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Dengan
demikian kita patut sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi
penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik dalam
menemukan kebenaran
II.
Ciri-ciri Penalaran :
1.
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini
bahwa tiap bentuk penalaran memiliki logika tersendiri atau disebut juga dengan
kegiatan penalaran.
2.
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi
merupakan cara berpikir secara analitik.
Cara
berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik.
Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha
aktif manusia dan apa yang diberikan.
III.
Bentuk Penalaran
Bentuk-bentuk
penalaran yang sering digunakan dalam wancana keseharian berupa penalaran
asosiatif dan skema dissosiatif.
1. Penalaran
asosiatif berbentuk penalaran yang memasukkan beberapa unsure penalaran dan
mengevaluasi atau mengorganisasikan unsur yang lainnya. Jenis penalaran
asosiatif tersebut tidaklah mutlak anya berupa satu jenis, tetapi lebih
mengarah pada kecenderungan terutama pada unsur bukti dan pembuktiannya.
2. Penalaran
dissosiatif merupakan bentuk penalaran yang memisahkan atau mengurai
unsur-unsur penalaran yang semula merupakan satu kesatuan.
IV.
Metode Penalaran
Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran. Ada dua jenis metode
penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :
1.
Metode Induktif
Metode berpikir
induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan
dari penalaran deduktif
.
.
2.
Metode Deduktif
Metode berpikir
deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, ang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Induksi adalah cara
mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus vuntuk
menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Induksi merupakan cara
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif
adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil
jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan
jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu
persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara
bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan,
sekelas dengan dia benar pula.
Buat contoh penegasan
kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang sebenarnya merintis
kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya Archimedes, pemikir
Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa sebab badan yang
masuk barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat? Ketika mandi, maka
jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum di matanya dan kegiatan yang memasuki
jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat istiadat negara dan bangsanya. Dengan
melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat mandinya dengan bersorak-sorakkan
“heureuka” saya dapati, saya dapati, adalah satu contoh lagi dari kuatnya nafsu
ingin tahu dan lazatnya obat haus “ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan
experiment yang betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang
dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa
dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan satu undang yang setiap
pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh
pelosok dunia sekarang.
Dengan contoh dirinya sendiri
sebagai benda dan air sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan
Archimedes dalam tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda
dalam alam, kalau dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan
berat sama dengan berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau
semuanya takluk pada kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang
dan barulah Archimedes tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang
betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu. (Madilog. hal 100-101 Tan
Malaka, Pusat Data Indikator)
MACAM-MACAM PENALARAN
INDUKTIF
1. Generalisasi
Generalisasi adalah
penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan
sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup
dan dapat mewakili.
Tiga cara pengujian
untuk menentukan generalisasi:
a). Menambah jumlah
kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka
harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai
probabilitas ).
b). Hendaknya melihat
adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di
periksa.
c). Apabila ada
kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan
melancarkan generalisasi
Contohnya :
1.
Luna Maya adalah bintang film, dan ia
berparas cantik.
2.
Revalina. S. Temat adalah bintang film,
dan ia berparas cantik.
3.
Generalisasi: Semua bintang film
berparas cantik.
Pernyataan “semua
bintang film berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Bella juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam
generalisasi :
a.
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan
diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua
fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria
dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian
generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak
sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian
yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
a) Jumlah
sampel yang diteliti terwakili.
b) Sampel
harus bervariasi.
c) Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Analogi
Analogi adalah proses
penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan
sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1. Membandingkan
beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan
kesamaan
3. Menyingkapkan
kekeliruan
4. Klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan
sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi
kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Pengetahuan secara
analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa
dengan istilah – istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat
di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau
kita percayai.
Analogi Induktif adalah
suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti.
Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa
dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan
kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat
membuat suatu kesimpulan.
SALAH NALAR
Salah nalar adalah
kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan
sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian
tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak
didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk
salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal
antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis,
perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi
pasangan.
REFERENSI :
Ø Wikipedia
Ø Kamus
Umum Bahasa Indonesia, hal 444
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006
Ø filsafat
ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005
Ø Shofiah,
2007 :15
Ø Madilog.
hal 100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar