Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk
memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya
untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu
hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu
teori ilmiah.
Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek
investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi
sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti.
Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi)
dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering
memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau
voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat
dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah
biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik,
atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti
korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga
disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran
berulang atas kuantitas yang diukur
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah.
Masalah adalah kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya
atau pemecahannya. Masalah penelitian dapat di ambil dari masalah yang
ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda mati maupun makhluk
hidup. Misalnya, saat kamu berada di pantai dan mengamati ombak di
lautan. Pada saat itu di pikiranmu mungkin timbul pertanyaan, mengapa
terjadi ombak? Atau, bagaimanakah cara terjadinya ombak?
Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu melakukan
identifikasi masalah.Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama,
maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam
menyelesaikan penelitian kita.
Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut :
a. Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya.
b. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami.
Rumusan masalah yang terlalu panjang akan sulit dipahami dan akan
menyimpang dari pokok permasalahan.
c. Rumusan masalah hendaknya merupakan masalah yang kemungkinan dapat
dicari cara pemecahannya. Permasalahan mengapa benda bergerak dapat
dicari jawabannya dibandingkan permasalahn apakah dosa dapat diukur.
2. Perumusan hipotesis
Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian, maka
sebenarnya pada saat itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban
tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan tetapi
jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari
jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis
penelitian. Hipotesisi penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan
yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan
kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang kita buat
mungkin saja salah. Ileh karena itu, kita harus melakukan sebuah
percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah kita buat
3. Perancangan penelitian
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan
rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana
atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah
penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan
dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian.
Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun
penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang
memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai
fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian
deskriptif, misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo
yang hidup di Pulau komodo pada tahun 2008.
Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan
kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya
penelitian tentang perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena
matahari dengan pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap.
Selain rancangan penelitian, terdapat beberapa faktor lain yang juga
harus diperhatikan. Faktor pertama adalah variabel penelitian, sedangkan
yang kedua adalah populasi dan sampel. Variabel merupakan faktor yang
mempengaruhi hasil penelitian. Populasi merupakan kumpulan/himpunan dari
semua objek yang akan diamati ketika melakukan penelitian, sedangkan
sampel merupakan himpunan bagian dari populasi. Di dalam penelitian,
variabel dapat dibedakan menjadi :
a. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja mengalami perlakuan atau
sengaja diubah dan dapat menentukan variabel lainnya (variabel terikat)
b. Variabel terikat yaitu variabel yang mengalami perubahan dengan pola teratur (dipengaruhi oleh variabel bebas)
c. Variabel control yaitu variabel yang digunakan sebagai pembanding dan
tidak mengalami perlakuan atau tidak diubah-ubah selama penelitian.
4. Pelaksanaan penelitian
langkah langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Persiapan penelitian biasanya diwujudkan dalam pembuatan rancangan
penelitian. Alat, bahan, tempat, waktu dan teknik pengumpulan data juga
harus dipersiapkan dengan baik.
b. Pelaksanaan
1. Pengumpulan/pengambilan data
a) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
dengan menggunakan alat indra, seperti indra penglihatan (mata), indra
penciuman (hidung), indra pengecap (lidah), indra pendengaran (telinga),
dan indra peraba (kulit). Contohnya adalah ketika kita melakukan
pengamatan buah mangga maka data kualitatif yang dapat kita peroleh
adalah mengenai rasa buah, warna kulit, dan daging buah, serta wangi
atau aroma buah.
b) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran
sehingga akan diperoleh data berupa angka-angka. Contohnya adalah data
mengnai berat buah mangga,ketebalan daging buah, diameter buah mangga.
2. Pengolahan data, setelah data-data yang kita perlukan berhasil
dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan atau
analisis data. Data yang kita peroleh dapat ditulis atau kita nyatakan
dalam beberapa bentuk, seperti table, grafik dan diagram.
3. Menarik kesimpulan, setelah pengolahan data melalui analisis selesai
dilakukan maka kita dapat mengetahui apakah hipotesis yang kita buat
sesuai dengan hasil penelitian atau mungkin juga tidak sesuai.
Selanjutnya kita dapat mengambil kesimpilan dari penelitian yang telah
kita lakukan. Kesimpulan yang kita peroleh dari hasil penelitian dapat
mendukung hipotesis yang kita buat, tetapi kesimpulan yang kita ambil
harus dapat menjawab permasalahan yang melatarbelakangi penelitian.
5. Pelaporan penelitian
Sistematika penyusunan laporan penelitian
a. Pendahuluan, bagian pendahuluan merupakan bagian awal dari laporan
hasil penelitian dan berisi tentang latar belakang dilaksanakannya
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
hipotesis
b. Telaah kepustakaan/kajian teori, bagian kajian teori merupakan bagian
yang berisi tentang hasil telaah yang dilakukan oleh peneliti terhadap
teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
c. Metode penelitian, berisi segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti
mulai dari persiapan, pelaksanaan dan akhir dari sebuah penelitian.
Bagian metode penelitian berisi tentang teknik pengambilan data, cara
atau teknik pengolahan data, populasi dan sampel, alat, bahan, tempat
dan waktu penelitian.
d. Hasil dan pembahasan penelitian, berisi tentang data hasil penelitian
yang berhasil dikumpulkan selama penelitian. Data yang diperoleh
disampaikan dalam bentuk grafik, tabel , atau diagram.
e. Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan yang dihasilkan
merupakan jawaban terhadp hipotesis yang sudah diuji kebenarannya. Saran
dari peneliti kepada pihak lain, yaitu pembaca dan bagi peneliti
lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
riyanto, angga. 2010. "MENGIDENTIFIKASI OBYEK SECARA TERENCANA DAN
SISTEMATIS UNTUK MEMPEROLEH INFORMASI GEJALA ALAM BIOTIK
"(http://anggaariyanto.blogspot.com)
hira, anna . 2011. "Langkah - Langkah Metode Ilmiah Mempermudah Penelitian" (http://www.anneahira.com)
Selasa, 23 Oktober 2012
Karya Ilmiah
Pengertian Karya Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh
sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M.
1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
- Memberi penjelasan
- Memberi komentar atau penilaian
- Memberi saran
- Menyampaikan sanggahan
- Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat
dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut
prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan
karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta
pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta
tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis
non ilmiah.
Bentuk Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding
untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa
daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil
penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di
perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan
persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan
Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam
bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial
di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu
pengetahuan umum yang lain.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari
bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian
penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti
merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri
dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan
pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan
tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua
karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar
pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya
abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif
dengan struktur yang baku.
Macam-Macam Karya Ilmiah
1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah)
mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1).
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat
tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan
penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium,
ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis
hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi
sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis
dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan
rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan
pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis
dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan
dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas
tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang
mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi
merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian
yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu
pendidikan.
Sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan
sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut
:
1) Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
2) Sikap kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak
mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding
kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan
sebagainya.
3) Sikap obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan
menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif.
Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang
dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan
menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang
disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen
yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan
apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia
berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,
argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya
pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak
diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
SUMBER :
http://id.shvoong.com/how-to/writing/2222452-pengertian-ciri-dan-syarat-karya/
http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html
Selasa, 16 Oktober 2012
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Penalaran deduktif dikembangkan oleh
aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode
Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales
menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada
musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat
penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang
melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif memberlakukan
prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik,
sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin
berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan
umum. Dengan memperkirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana
planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad
ke-19, Adams dan Leverrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk
mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus
(kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus
yang diamati (data spesifik).
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan
dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence).
Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi.
Metode
deduktif
Metode berpikir deduktif
adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Konsep
dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan
aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol
atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud
penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan
kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas
jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling
berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran
tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya
akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis
bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
PENALARAN
DEDUKTIF
Penalaran Deduktif bergerak
dari sesuatu yang berifat umum kepada yang khusus. jika kita mengetahui S,
sedangkan P adalah dari S, maka dapat ditarik kesimpulan tentang P. penarikan
kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena
kesimpulannya telah tersirat pada premisnya.
Contoh Penalaran deduktif :
-
Semua binatang punya mata
-
srigala termasuk binatang
-
srigala punya mata
penalaran deduktif dapat
merupakan silogisme dan entimen.
A. Silogisme
Silogisme adalah cara
berpikir formal, yang jarang terjadi dalah kehidupan sehari-hari, kita
menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X,
sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a) Semua
yang melanggar peraturan B akan dihukum
b) Ia
melanggar peraturan B.
c) Ia
dihukum.
Sebuah silogisme terdiri
atas tiga term ( mayor, tengah dan minor) dan tiga proposisi (Premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan).
CONTOH :
1. Premis mayor : semua
cendrakiawan adalah manusia pemikir
S P(term mayor)
2. Premis minor : Semua ahli
filsafat adalah cendrakiawan
S(term minor) P(term tengah)
3. kesimpulan : semua ahli
filsafat adalah manusia pemikir
Penjelasan
1. proposisi 1 dan 2
merupakan premis, yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposi
3
2. proposisi 1 merupakan
premis mayor, yaitu premis yang mengandung pernyataan dasar umum yang dianggap
benar dikelasnya. didalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang akan
muncul pada kesimpulan sebagai predikat.
3. proposisi 2 merupakan
premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang segala khususnya yang
merupakan bagian kelas premis mayor. di dalamnya term minor (ahli filsafat)
yang akan menjadi subjek dalam kesimpulan.
4. term mayor dihubungkan
oleh term tengah (cendrakiawan) yang tidak boleh diulang dalam kesimpulan. yang
memungkinkan kita menarik kesimpulan ialah adanya term tengah.
Dari penjelasan tersebut
dapat diringkas sebagai berikut.
a. silogisme merupakan
bentuk penalaran deduktif yang bersifat formal.
b. proses penalaran dimulai
dari premis mayor, melalui premis minor, sampaiu pada kesimpuloan.
c. strukturnya tetap; premis
mayor, premis minor dan kesimpulan.
d. premis mayor berisi
pernyataan umum.
c. premis minor berisi
pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian [remis mayor(term mayor).
d. kesimpulan dalam
silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
B. Persyaratan Silogisme
a. Di dalam silogisme hanya
mungkin terdapat tiga term.
CONTOH: semua manusia
berakal budi.
semua mahasiswa adalah manusia.
semua mahasiswa berakal budi.
b. term tengah tidak boleh
terdapat dalam kesimpulan.
c. dari dua premis negatif
tidak dapat ditarik kesimpulan.
d. kalau kedua premisnya
positif, kesimpulan juga positif.
c. term-term yang mendukung
proposisi harus jelas, tidak mengandung pengertian ganda/menimbulkan keraguan.
CONTOH: semua buku mempunyai
halaman.
ruas mempunyai buku.
ruas mempunyai halaman.
a. dari premis mayor
partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
b. premis mayor dalam
siogisme mungkin berasal dari teori ilmiah. penarikan kesimpulan dari teori ini
mudah diuji. tidak jarang premis mayor berasal dari pendapat umum yang belum
dibuktikan kebenarannya.
2.
ENTIMEN
Dalam kehidupan sehari-hari,
silogisme yang kita temukan berbentuk entimem, yaitu silogisme yang salah satu
premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
CONTOH:
menipu adalah dosa karena merugikan orang
lain.
kalimat diatas dapat dipenggal menjadi
dua.
a. menipu adalah dosa.
b. karena (menipu) merugikan orang lain.
kalimat a merupakan
kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat minor) maka silogisme dapat
disusun:
premis mayor : ?
premis minor : Menipu
merugikan orang lain.
kesimpulan : Menipu adalah
dosa.
Dalam kalimat itu,yang
dihilangkan adalah premis mayor. perlu diingat bahwa premis mayor bersifat
umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. kita dapat berpikir kembali dan
menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang merugikan orang lain adalah
dosa. entimem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya. misalnya,
perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa. untuk
mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari kesimpulannya,
kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena itu, dengan
demikian, dan sebagainya. kalau sudah mencari tentukan premis yang dihilangkan.
contoh:
pada malam hari tidak ada matahari, jadi
tidak mungkin terjadi proses fotosintesis.
bentuk silogismenya adalah
premis mayor : proses
fotosintesis memerlukan sinar matahai.
premis minor : pada malam hari tidak ada matahari.
kesimpulan : jadi, pada malam hari tidak mungkin ada
fotosintesis.
Sumber Buku:
Judul buku : Bahasa
Indonesia diperguruan tinggi
Penulis : Minto Rahayu
Penerbit : PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Sumber lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Minggu, 07 Oktober 2012
PENALARAN INDUKTIF
PENALARAN
I.
Pengertian Penalaran
Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Karena tidak
semua cara berpikir manusia itu sama oleh sebab itu kegiatan proses berpikir
untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Penalaran
merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai criteria kebenaran masing – masing. Sehingga pada tugas ini saya akan
membahas tentang penalaran.
Penalaran
dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau proses berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dalam
pengertian lain bahwasannya penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Agar pengetahuan yang dihasilkan
melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu
harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan
dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan
menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut
sebagai logika.
Logika
dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara
valid. Dalam penalaran ilmiah, sebagai proses untuk mencapai kebenaran ilmiah
dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika
deduktif. Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya
secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran juga
merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan
simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Dengan
demikian kita patut sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi
penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik dalam
menemukan kebenaran
II.
Ciri-ciri Penalaran :
1.
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini
bahwa tiap bentuk penalaran memiliki logika tersendiri atau disebut juga dengan
kegiatan penalaran.
2.
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi
merupakan cara berpikir secara analitik.
Cara
berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik.
Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha
aktif manusia dan apa yang diberikan.
III.
Bentuk Penalaran
Bentuk-bentuk
penalaran yang sering digunakan dalam wancana keseharian berupa penalaran
asosiatif dan skema dissosiatif.
1. Penalaran
asosiatif berbentuk penalaran yang memasukkan beberapa unsure penalaran dan
mengevaluasi atau mengorganisasikan unsur yang lainnya. Jenis penalaran
asosiatif tersebut tidaklah mutlak anya berupa satu jenis, tetapi lebih
mengarah pada kecenderungan terutama pada unsur bukti dan pembuktiannya.
2. Penalaran
dissosiatif merupakan bentuk penalaran yang memisahkan atau mengurai
unsur-unsur penalaran yang semula merupakan satu kesatuan.
IV.
Metode Penalaran
Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran. Ada dua jenis metode
penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif :
1.
Metode Induktif
Metode berpikir
induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai
hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan
dari penalaran deduktif
.
.
2.
Metode Deduktif
Metode berpikir
deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, ang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Induksi adalah cara
mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus vuntuk
menentukan hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Induksi merupakan cara
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif
adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil
jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan
jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu
persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara
bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan,
sekelas dengan dia benar pula.
Buat contoh penegasan
kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang sebenarnya merintis
kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya Archimedes, pemikir
Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa sebab badan yang
masuk barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat? Ketika mandi, maka
jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum di matanya dan kegiatan yang memasuki
jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat istiadat negara dan bangsanya. Dengan
melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat mandinya dengan bersorak-sorakkan
“heureuka” saya dapati, saya dapati, adalah satu contoh lagi dari kuatnya nafsu
ingin tahu dan lazatnya obat haus “ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan
experiment yang betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang
dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa
dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan satu undang yang setiap
pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh
pelosok dunia sekarang.
Dengan contoh dirinya sendiri
sebagai benda dan air sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan
Archimedes dalam tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda
dalam alam, kalau dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan
berat sama dengan berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau
semuanya takluk pada kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang
dan barulah Archimedes tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang
betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu. (Madilog. hal 100-101 Tan
Malaka, Pusat Data Indikator)
MACAM-MACAM PENALARAN
INDUKTIF
1. Generalisasi
Generalisasi adalah
penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan
sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup
dan dapat mewakili.
Tiga cara pengujian
untuk menentukan generalisasi:
a). Menambah jumlah
kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka
harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai
probabilitas ).
b). Hendaknya melihat
adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di
periksa.
c). Apabila ada
kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan
melancarkan generalisasi
Contohnya :
1.
Luna Maya adalah bintang film, dan ia
berparas cantik.
2.
Revalina. S. Temat adalah bintang film,
dan ia berparas cantik.
3.
Generalisasi: Semua bintang film
berparas cantik.
Pernyataan “semua
bintang film berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Bella juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam
generalisasi :
a.
Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena
yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan
diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua
fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria
dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian
generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak
sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian
yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
a) Jumlah
sampel yang diteliti terwakili.
b) Sampel
harus bervariasi.
c) Mempertimbangkan
hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. Analogi
Analogi adalah proses
penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan
sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1. Membandingkan
beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan
kesamaan
3. Menyingkapkan
kekeliruan
4. Klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan
sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi
kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Pengetahuan secara
analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa
dengan istilah – istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat
di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau
kita percayai.
Analogi Induktif adalah
suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti.
Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa
dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan
kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat
membuat suatu kesimpulan.
SALAH NALAR
Salah nalar adalah
kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan
sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian
tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak
didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk
salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal
antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis,
perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi
pasangan.
REFERENSI :
Ø Wikipedia
Ø Kamus
Umum Bahasa Indonesia, hal 444
W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006
Ø filsafat
ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005
Ø Shofiah,
2007 :15
Ø Madilog.
hal 100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator